Sabtu, 01 Januari 2011

MANUSIA DAN KEINDAHAN


MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR

“MANUSIA DAN KEINDAHAN”


Disusun Oleh
Kelompok II (Dua) :
*       Mulyadi
*       Sabirin
*       Suci Puspasari
*       Tomi Alan

 
*       Al Betri
*       Isra Wahyu
*       Kurnia Suci. R
*       Lona Febrima 

Dosen Pembimbing   :   Dila Erlianti, S,Sos
Kelas / Semester         :   G / 1 (Satu)


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA)
LANCANG KUNING DUMAI
TA. 2010/2011


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga makalah Ilmu Budaya Dasar yang berjudul “Manusia dan Keindahan” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.  

Rasa sayang kepada kedua orang tua yang tak berkesudahan, yang mana selama ini telah memberikan motivasi untuk penulis sehingga memiliki semangat lebih dalam belajar dan berusaha, dan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yaitu Ibu Dila Erlianti, S.Sos karena dengan adanya tugas pembuatan makalah ini kami lebih mengerti dan memahami tentang “Manusia dan Keindahan” serta terima kasih kepada teman-teman semua terutama kelompok 2 (dua) yang begitu antusias dalam pencarian bahan makalah tersebut.

Kami merasa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan teman-teman sekalian serta para pembaca demi kesempurnaan makalah yang akan datang.


                                                                          Dumai, 26 November 2010


                                                                                      Kelompok 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar    .......................................................................................          i
Daftar Isi              .......................................................................................          ii
BAB I        PENDAHULUAN .................................................................          1
1.1    Latar Belakang ..................................................................          1
1.2    Tujuan Penulisan ...............................................................          2

BAB II       PEMBAHASAN ....................................................................          3
2.1 Pengertian keindahan .........................................................          3
2.2 Estetika (Teori Tentang Keindahan dan Seni) ...................          4
2.3 Makna Keindahan ..............................................................          5
2.4 Renungan ...........................................................................          6
2.5 Keserasian dan Kehalusan .................................................          7
2.6 Manusia dan keindahan .....................................................          8

BAB III     PENUTUP ..............................................................................          10
                   3.1 Kesimpulan ........................................................................          10
                   3.2 Saran ..................................................................................          10

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................          11


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Apa itu keindahan? kita tidak bisa mengetahui arti keindahan, samapai kita dapat mengagumi keindahan itu sendiri dan mengagumi yang menciptakan keindahan. ada yang berpendapat, keindahan adalah keserasian ciptaan, harmoni dan keselarasanya. ada juga yang memiliki keserasian, tetapi belum bisa disebut indah. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan itu terangkum dalam beberapa hal seperti keceriaan, keelokan, kebagusan bentuk dan kelembutan.
Berbicara tentang makna dari manusia, maka tidak akan habis pembahasannya sebab pembahasan ini sangatlah kompleks dan belum ada manusia yang dapat menjawab tentang substansi manusia. Berbagai pendapat yang dilontarkan oleh beberapa ilmuwan mengenai manusia, ternyata belum ada yang mampu menjawab seluruh substansi manusia. Sebagai contoh : teori evolusi darwin dalam buku “On The Origin Of Species” (terbit tahun 1959 di Inggris) mengatakan tentang sebuah teori asal usul species melelui seleksi alam dan bertahannya ras-ras yang beruntung dalam mempertahankan hidup. Teori ini memberikan acuhan bahwa manusia adalah keturunan kera.
Kemudian teori darwinisme tersebut diteliti kembali oleh  P.P Grasse guna mencari kebenaran teori tersebut. Dan ternyata dalam bukunya yang berjudul “L’homme Accusation” (manusia sebagai tertuduh) tidak terbukti bahwa manusia merupakan keturunan dari kera.
Akhirnya hanya Al qur’anlah yang mampu manjawab makna dari manusia secara komprehensif. Sehingga makna manusia menurut al qur’an adalah suatu mahluk yang diciptakan oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya, dan diciptakan dari air yang terpancar dari antara tulang punggung laki-laki dan tulang dada perempuan, dengan satu tujuan yaitu menyembah (beribadah) Allah Dari pengertian diatas jelaslah sudah arti dari manusia, dimana manusia adalah mahluk paling baik dalam hal bentuknya karena tidak ada mahluk lain di dunia ini yang bentuknya sebaik manusia.
Maka dari itu berbicara mengenai manusia, kita juga akan berbicara mengenai keindahan karena manusia dan keindahan adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Tidak ada manusia yang tidak menyukai keindahan. Keindahan bukan ada yang sengaja di ciptakan oleh Allah untuk manusia dan ada juga keindahan yang  berasal dari manusia. Karena itu dapat dikatakan bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimana pun kapanpun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Rata-rata manusia terhadap yang indah tentu mengambil sikap terpesona. Bahwasanya tidak semua orang memiliki kepekaan keindahan itu memang benar, tetapi pada umumnya manusia mempunyai perasaan keindahan.

1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita khususnya mahasiswa-mahasiswi STIA Lancang Kuning Dumai mengetahui dan memahami tentang :
1.      Pengertian keindahan
2.      Estetika (teori-teori tentang keindahan dan seni)
3.      Makna keindahan
4.      Renungan
5.      Keserasian dan kehalusan, serta
6.      Manusia dan keindahan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Keindahan
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah), pemandangan alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga dilereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, tatanan, perabot rumah tangga dan sebagainya) suara, warna dan sebagainya.
Berbicara tentang keindahan mau tak mau kita harus menengok jauh ke belakang yaitu ke zaman Yunani Kuno, abad ke-18. Pada saat itu pengertian keindahan telah dipelajari oleh para fisulf. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Bear Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, perancis “beau”, Italia dan Spanyol “Bello”, kata-kata itu berasal dari bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah “Bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecialn menjadi “bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.
Adapun pendapat menurut para ahli mengenai keindahan adalah sebagai berikut :
1.      Leo Tolstoy (Rusia)
Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat.
2.      Alexander Baumgarten (Jerman)
Keindahan itu dipandang sebagai keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur daripada bagian-bagian, yang bagian-bagian itu erat hubungannya satu dengan yang lain, juga dengan keseluruhan.
3.      Sulzer
Yang indah itu hanyalah yang baik. Jika belum baik, ciptaan itu belum indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan amoral adalah tidak indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral.
4.      Humo (Inggris
Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa senang.
5.      Hemsterhuis (Belanda)
Indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengamatan-pengamatna yang menyenangkan.

Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian :
1.      Keindahan dalam arti luas
The Liang Gie menjelaskan, bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebutkan yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
Jadi pengertian yang seluas-luasnya meliputi :
-          Keindahan seni
-          Keindahan alam
-          Keindahan moral
-          Keindahan intelektual
2.      Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3.      Keindahan dalam arti yang terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.

2.2   Estetika (Teori tentang keindahan dan seni)
Filosof yang pertama memperlakukan estetika sebagai suatu bidang studi khusus ialah Baumgarten (1735). Baumgarten mengkhususkan penggunaan istilah “estetika” untuk teori tentang keindahan artistik, karena ia berpendapat seni sebagai pengetahuan perseptif. Perasaan yang khusus. Tetapi filosof lain yaitu Kant tidak sependapat, sehingga ia tidak pernah menggunakan istilah estetika dalam memperbincangkan teori tentang keindahan dan seni.
Aristoteles menggunakan istilah “puitik” dan retorik” untuk teori keindahan artistik, yang oleh Baumgarten dijadikan bagian khusus dari estetika.
Dahulu estetika dianggap sebagai suatu cabang filsafat, sehingga memiliki atau diberi pengertian sebagai sinonim dari “filsafat seni”. Tetapi sejak akhir abad 19. Bangsa Indonesia telah memperlihatkan hal ini sejak sejak sebelum kedatangan orang-orang Hindhu di Indonesia. Menurut Prof. H. Muhammad Yamin yang dikemukakan dalam bukunya “6000 tahun Sang Merah Putih”, yang dikuti dari pendapat Kern, bahwa bangsa Indonesia sebelum datangnya orang-orang Hindu di Indonesia telah memiliki tujuan kepandaian Austronesia, yaitu :
a.       Pandai bersawah
b.      Pandai beternak dan menyalurkan air.
c.       Pandai berlayar dan melihat bintang
d.      Berkepercayaan sakti yang teratur.
e.       Berkesenian rupa, pahat dan logam
f.       Bersatuan masyarakat dan tata Negara.
g.      Berpenghormatan sang Merah Putih
Dari uraian diatas, bangsa Indonesia telah terbukti bahwa sejak masa prasejarah telah menempatkan pentingnya arti keindahan seni dalam konsep hidupnya. Beberapa bukti yang telah sampai ke zaman kita sekarang ini menunjukkan hal itu.

2.3   Makna Keindahan
“Keindahan bukan citra yang ingin dipandang mata ataupun nyanyian yang ingin kau dengarkan dialah citra yang nampak meski kau pejamkan mata dan nyanyian yang terdengar meski kau tutup telinga keindahan bukan getah guratan kayu damar bukan pula embun di ujung dedaunan namun taman yang senantiasa berbunga serta sekumpulan bidadari yang senantiasa terbang kesana-kemari”
Keindahan memiliki makna tersendiri tergantung individu yang menilai, bila kita amati pemikiran Herbert Read yang mengatakan bahwa “Keindahan adalah suatu kesatuan hubungan formal dari pengamatan kita yang dapat menimbulkan rasa senang”. Keindahan itu merangsang timbulnya rasa senang tanpa pamrih dalam diri subyek yang melihatnya, serta bertumpu pada ciri-ciri dari obyek yang sesuai dengan rasa senang itu sendiri. Padahal, yang namanya keindahan itu tidak hanya merupakan perpaduan dari pengamatan pancaindara semata. Tetapi, lebih dalam dari itu, juga merupakan perpaduan pengamatan batiniah. Itulah sebabnya Al-Ghazali memasukkan nilai-nilai spiritual, moral dan agama sebagai unsur-unsur keindahan, disamping sudah barang tentu unsur-unsur yang lain.

2.4   Renungan
Renungan erasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.
Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sama lain berbeda, meskipun obyek yang direnungkan sama, lebih pula apabila obyek renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkan itu bergantung kepada obyek dan subyek.
Renungan atau pemikiran yang dibahas dalam makalah ini adalah yang berhubungan dengan keindahan. Setiap hasil seni lahir dari hasil renungan. Tanpa direnungkan hasil seni tidak mencapai keindahan.
Renungan atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan keindahan didasarkan atas tiga macam teori, ialah teori pengungkapan, teori metafisika, dan teori psikologis. Masing-masing teori itu ada tokohnya. Dalam teori pengungkapan dikatakan oleh Benedetto Croce, bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan.
Dalam teori metafisika, Plato mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi, sebagai realita Ilahi itu. Karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan nimemis (tiruan) dari realita dunia. Sedangkan dalam teori psikologik dinyatakan bahwa sadar dari seorang seniman. Adapun karya seninya itu merupakan bentuk berselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu.

2.5   Keserasian dan Kehalusan
Keserasian berasal dari kata serasi; serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok sesuai atau kena mengandung unsur perpaduan, ukuran dan seimbang. Perpaduan misalnya orang berpakaian antara kulit dan warnanya yang dipakai cocok.
Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli piker berpendapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita yang paling sering disebut ialah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetry), keseimbangan (balance), dan perlawanan/pertentangan (contrast).
Keserasian tidak ada hubungan dengan kemewahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan antara warna, bentuk dan ukuran. Atau keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada tinggi-rendah, keras-lembut, dan panjang pendek. Kadang-kadang kemewahan menunjang keserasian, tetapi tidak selalu. Pada intinya keserasian akan melahirkan keindahan.
Sedangkan kehalusan berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, kesopanan dan keadaban. Halus bagi manusia itu sendiri ialah berupa sikap, yakni sikap halus. Sikap halus adalah sikap lembut dalam menghadapi orang. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam roman muka, lembut dalam sikap anggota badan lainnya.
Manusia tidak lepas dari keindahan maka dari itu manusia juga membuat karya yang mengandung nilai keindahan. Contohnya  karya seni yang memiliki nilai keindahan karena seperti yang dikatakana  The Liang Gie keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Ide yang dituangkan oleh manusia dalam bentuk tertentu dan menghasilkan keindahan.


2.6   Manusia dan Keindahan
Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau keinginan manusia itu pun bersifat demikian. Jumlahnya tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti yakni untuk menciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”. Maka “keindahan” pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia.
Keindahan yang bersifat jasmani dimaksudkan ialah keindahan yang yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” indera manusia; baik indera penglihatan maupun indera pendengar. Keindahan yang bersifat rohani dimaksudkan keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” batin manusia.
Pada hakikatnya manusia dituntut untuk menciptakan keindahan itu; sebab seperti kata John Kets (Andy Zoeltom, 1984) “a thing of beauty is a joy forever”.
Berbicara tentang keindahan tak akan lepas dari pengertian obyektif maupun subyektif. Artinya ada keindahan obyektif dan keindahan subyektif. Secara asasi keindahan obyektif ada pada sesuatu benda atau barang. Sifatnya abadi dan universal, selama benda itu belum berubah dari keadaan semula. Keindahan abadi tidak terikat oleh waktu dan perkembangan mode. Sedangkan keindahan subyektif sangat bergantung kepada selera perorangan, karena memang sangat relatif. Ia bersumber dari asas kegunaan benda tadi bagi masing-masing individu. Jadi sangat relatif, artinya sebuah benda sangat bermanfaat bagi seorang, namun bagi orang lain tidak berguna, bahkan mungkin sangat tidak disenangi.
Supaya orang tidak terjerumus ke dalam “keindahan semu” maka orang itu harus selalu mempertemukan keindahan subyektif dengan keindahan obyektif. Orang itu harus berupaya mempertemukan selera atau minat orang yang bersangkutan dengan selera atua minat akal budinya. Seseorang disebut sebagai orang yang berpribadi mulia, bila orang tadi memiliki rasa keindahan obyektif. Orang yang seperti itu segala perilakunya akan baik pula, seperti sabda Nabi Muhammad saw. :
“Dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Manakala segumpal daging itu baik, maka akan baiklah jasad manusia itu seluruhnya. Tetapi, manakala segumpal daging itu tidak baik, maka akan menjadi tidak baiklah jasad manusia itu seluruhnya. Segumpal daging yang dimaksud adalah hati”.
Cara mengusahakan supaya rasa keindahan atau minat terhadap keindahan itu cenderung kepada keindahan obyektif, tidak lain melatih mendengarkan “bisikan” akal dan budi dan berbuat sesuatu yang sesuai dengan bisikan akal dan budi tersebut; sebab hanya pada akal dan budi itulah sesungguhnya letak “kemanusiaan”.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari pendahuluan dan pembahasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa manusia dan keindahan tidak dapat dipisahkan. Seperti halnya manusia setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan mencintai keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya, seperti bertamasya ke tempat yang jauh, hal ini semakin mengesankan betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang. Sepertinya semakin tinggi pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk menghargai keindahan dan juga semakin selektif untuk menilai dan apa yang harus dikeluarkan untuk menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi orang yang dapat menghayati keindahan.

a.      Saran
Pada akhirnya ingin disarankan di sini bahwa keindahan itu harus menciptakan kecintaan, tetapi kecintaan juga memperdalam persepsi kita terhadap keindahan. Keindahan sebenarnya tidak relatif dalam pengertian bahwa keindahan semata-mata sebagai ciptaan pikiran si pemandangnya. Keindahan selalu ada pada hasil cipta artistik atau obyek, baik kita memandang, menerima, menghayatinya atau tidak. Akan tetapi aprisiasi kita terhadap keindahan adalah relatif dalam pengertian bahwa kita tidak semuanya berkualitas perseptif yang sama.
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua lebih mencintai, mengerti dan memahami keindahan dan menjaga keindahan itu bahkan melestarikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Widagdho, Djoko, Dkk (2008). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Mustopo, Habib (1983). Ilmu Budaya Dasar, Kumpulan Essay – Manusia dan Budaya. Malang : Usaha Nasional.