Sabtu, 01 Januari 2011

Manusia, Alam dan Agama


MAKALAH AGAMA

“MANUSIA, ALAM DAN AGAMA”



Disusun Oleh
Kelompok V (Lima) :

*       Suci Puspasari
*       Khadijah
*       Widia Alia Saputri
*       Kusrini
*       Al-Azmi
*       Debby Efrizal

Dosen Pembimbing : Al-Ridha, S.Ag  
Kelas / Semester    :  G / 1 (Satu)





SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA)
LANCANG KUNING DUMAI
TA. 2010/2011



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga makalah agama  yang berjudul “Manusia, Alam dan Agama” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tak lupa kita kirim kepada Nabi Muhammad SAW, yang mana telah membawa kita dari zaman yang serbaa ketertinggalan ke zaman yang seperti sekarang ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Agama yaitu Bapak Al-Ridha, S.Ag karena dengan adanya tugas pembuatan makalah ini kami lebih mengerti dan memahami tentang “Manusia, Alam dan Agama” serta terima kasih kepada teman-teman semua terutama kelompok 5 (lima) yang begitu kompak dalam penyusunan makalah tersebut.  

Kami merasa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan teman-teman sekalian serta para pembaca demi kesempurnaan makalah yang akan datang.


                                                                           Dumai, 15 Desember 2010


                                                                                      Kelompok 5

DAFTAR ISI

Kata Pengantar    .......................................................................................          i
Daftar Isi              .......................................................................................          ii
BAB I        PENDAHULUAN .................................................................          1
1.1    Latar Belakang ..................................................................          1
1.2    Tujuan Penulisan ...............................................................          1

BAB II       PEMBAHASAN ....................................................................          2
2.1 Manusia ..............................................................................          2
2.2 Alam ...................................................................................          3
2.3 Agama ................................................................................          4
2.4 Hubungan Manusia, Alam dan Agama ..............................          5

BAB III     PENUTUP ..............................................................................          7
                   3.1 Kesimpulan ........................................................................          7
                   3.2 Saran ..................................................................................          7

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................          8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sesungguhnya dilihat dari sudut pandang manusia, yang ada adalah Allah dan Alam (semesta). Allah pencipta, sedang alam yang diciptakan. Alam adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindera, perasaan dan pikiran, kendatipun samar-samar.
Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam semesta telah diciptakan-Nya dengan tatanan yang teratur, rapi dan serasi. Pertama, berupa keteraturan, kerapian, dan keserasian dalam hubungan alamiah antara bagian-bagian di dalamnya dengan pola saling melengkapi dan mendukung. Contoh : matahari untuk kehidupan alam semesta. Selain berfungsi sebagai penerang di waktu siang, matahari juga berfungsi sebagai salah satu sumber energi bagi kehidupan. Dari pancaran dan gerak edarnya yang bekerja menurut ketentuan Allah, manusia dapat menikmati pertukaran musim, perbedaan suhu antara satu wilayah dengan wilayah lain.

1.2  Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, tentu penulis mempunyai tujuan dalam penulisannya. Adapun tujuan penulis makalah ini adalah :
a.       Agar kita mengetahui dan memahami tentang manusia
b.      Agar kita mengetahui dan memahami tentang alam
c.       Agar kita mengetahui dan memahami tentang agama
d.      Agar kita mengetahui dan memahami tentang hubungan manusia, alam dan agama

BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Manusia
 Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ke-Tuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan
Manusia mempunyai berbagai ciri sebagai berikut:
  1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang sangat baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS At-Tiin : 4)
  1. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah.
"… ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.’ " (QS Al-‘Araaf : 172)
  1. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS Adz-Dzariyaad : 56)
  1. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifahnya di bumi.
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesunggunya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ … " (QS Albaqarah : 30)
  1. Manusia dilengkapi akal, perasaan, dan kemauan atau kehendak.
"Dan katakanlah: ‘kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.’ …" (QS Al-Kahfi:29}
  1. Manusia secara individual bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
"… Setiap orang (manusia) terikat (bertanggung jawab) terhadap apa yang dilakukannya." (QS Ath Thuur :21)
  1. Manusia itu berakhlak.
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah sebagai pencipta alam semesta. Allah sendiri yang mencipta dan memerintahkan ciptaan-Nya untuk beribadah kepada-Nya, juga menurunkan panduan agar dapat beribadah dengan benar. Panduan tersebut diturunkan Allah melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, dari Adam AS hingga Muhammad SAW.

2.2   Alam
Alam semesta telah diciptakan oleh Allah dengan tatanan kerja yang teratur, rapi, dan serasi. Keteraturan, kerapian, dan keserasian ini dapat dilihat dari dua kenyataan: Pertama,berupa keteraturan, kerapian, dan keserasian dalam hubungan alamiah antara bagian-bagian di dalamnya dengan pola saling melengkapi dan mendukung; Kedua, keteraturan yang ditugaskan kepada malaikat untuk menjaga dan melaksanakannya. Kedua hal itulah yang membuat berbagai keteraturan, kerapian, dan keserasian yang kita yakini sebagai Sunnatullah yakni ketentuan dan hukum yang ditetapkan Allah. Seperti pada matahari sebagai pusat dari sistem tata surya, berputar pada sumbunya dan memancarkan energinya kepada alam semesta secara teratur dan tetap.
Dari bagian tata surya saja dapat dilihat kenyataan, begitu luar biasanya keteraturan, kerapian, keserasian, dan keseimbangan yang ada pada ciptaan Allah. Tanpa ketepatan (presisi) yang sangat cermat (akurat), mustahil bumi, sebagai bagian tata surya, dapat mendukung kehidupan dengan keseimbangan yang serasi. Sistem kerja seperti inilah secara faktual membuat para ahli ilmu falak dapat meramalkan berbagai peristiwa alam seperti gerhana matahari dan bulan, pergantian musim, curah hujan, prakiraan cuaca, dan sebagainya yang sangat bertautan dengan ketentuan-ketentuan yang telah menjadi hukum dalam sistem alam semesta.
Dalam lingkup yang lain, bisa pula dilihat bagaimana Sunnatullah (ketetapan atau ketentuan-ketentuan Allah) berlaku pada benda atau makhluk lain yang sepintas lalu, dianggap tidak berguna, namun ternyata bermanfaat dan mempengaruhi benda atau makhluk lain. Lihatlah, bagaimana tumbuh-tumbuhan yang membusuk atau kotoran hewan yang memiliki Sunnatullah pada dirinya berguna sebagai pupuk untuk menumbuhsuburkan tanaman.

2.3   Agama
Beribadah diartikan secara luas meliputi seluruh hal dalam kehidupan yang ditujukan hanya kepada Allah. Kita meyakini bahwa hanya Islamlah panduan bagi manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam telah mengatur berbagai perihal dalam kehidupan manusia. Islam merupakan sistem hidup, bukan sekedar agama yang mengatur ibadah ritual belaka.
Padahal selama tidak melanggar Al-Qur’an, Sunnah dan Hadits, ajaran-ajaran Islam adalah luwes dan dapat selalu mengikuti perkembangan zaman. Banyak kalangan masyarakat yang merasa takut atau kesulitan dalam menerapkan syariat-syariat Islam dan menilainya tidak aplikatif. Ini membuat masyarakat semakin jauh dari syariat Islam.
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan agama dan mengutamakan ilmu dan akal manusia semata-mata telah membawa krisis dan malapetaka. Atas pengalamannya tersebut, kini perhatian manusia kembali kepada agama, karena: (1) Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) harapan manusia pada otak manusia untuk memecahkan segala masalah di masa lalu tidak terwujud.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar berpengaruh pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Sehingga untuk dapat mengendalikan hal tersebut diperlukan agama, untuk diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.

2.4 Hubungan Manusia, Alam dan Agama
Dari beberapa point pembahasan di atas manusia adalah pengemban amanah, berkewajiban untuk memelihara keutuhan Ciptaan-Nya, integritas bumi, serta flora dan faunanya. Menjaga dan menumbuh suburkan alam sesuai dengan perintah Allah yang semuanya terkandung dalam ajaran agama yaitu agama Islam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.
Jadi, pada dasarnya hubungan manusia, alam dan agama adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena sudah jelas manusia sangat membutuhkan alam sekitar untuk bertahan hidup serta agama yang dapat menuntunnya agar dapat mencapai kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat kelak.
Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam memanfaatkan alam adalah memperhatikan standar dan kapasitas yang ada. Eksploitasi alam secara berlebihan dan tanpa aturan dan pertimbangan yang matang akan menyebabkan krisis lingkungan. Hal ini sesuai dengan aturan Islam, sebagaimana tercantum dalam QS. al-Hijr: 19, “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
Pemanfaatan sumber daya alam harus selalu memperhatikan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan. Misalnya kasus, dalam sebuah tambang emas, biasa digunakan bahan-bahan kimia untuk memisahkan kandungan emas dari zat-zat lainnya. Sisa-sisa bahan kimia ini bila dibuang begitu saja ke laut, akan menyebabkan tercemarnya air laut dan teracuninya makhluk hidup di laut. Akibatnya, manusia tidak dapat memanfaatkan makhluk-makhluk laut untuk kehidupannya.
Maka dari itu Allah menyuruh manusia untuk berpegang kepada Agama yaitu Agama Islam, agar terciptanya kehidupan yang bahagia, aman, sejahtera, untuk seluruh makhluk ciptaanNya. 

BAB III
PENUTUP

1.1  Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, kita umat beragama haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan hidup. Kemajuan di bidang sains dan teknologi memang diperlukan, tetapi itu saja tidak cukup. Kita memerlukan agama untuk terlibat dan keluar dari krisis lingkungan. Terutama agama Islam, telah menekankan bahwa manusia tidak boleh melakukan kerusakan di alam karena yang akan menerima dampak negatifnya adalah diri manusia sendiri.
Agama Islam memandang pemanfaatan alam semesta tanpa metode dan membabi-buta merupakan sebuah bentuk kedzaliman dan akan merugikan manusia sendiri. Berlebih-lebihan dalam memanfaatkan alam dipandang sebagai perilaku mubadzir dan dicela oleh Islam. Dalam QS. al-A’raf: 31, Allah swt berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap masjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

a.      Saran
Adapun saran kami setelah membahas materi tentang “Manusia, Alam dan Agama” ini adalah agar kita umat manusia khususnya pemeluk Agama Islam lebih mengerti dan memahami apa itu manusia, alam, dan agama sehingga kita sebagai makhluk sosial [manusia] bisa menjaga alam semesta berdasarkan tuntutan agama Islam yang dibawa oleh Nabi kita yaitu Muhammad SAW.
Kami juga menyarankan agar setelah dibuatnya makalah ini, kita lebih menghargai kehidupan dan benar-benar menjaga alam sekitar yang telah di ciptakan oleh Allah untuk kita semua. Sehingga tercapainya tujuan bersama, yaitu aman, damai, sejahtera dan bahagia.


DAFTAR PUSTAKA


Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Al-Qardhawy, Yusuf. Fiqih Daulah dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.
http://masthoni.wordpress.com/2009/07/19/memahami-keragaman-gaya-belajar-pebelajar/